Pembelajaran Transformatif " Emergency Education for Somalia"
LAPORAN
PROGRAM PEMBELAJARAN
EMERGENCY EDUCATION FOR
“SOMALIA”
“Diajukan
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pembelajaran Transformatif”
Dosen Pemangku : Henny Herawati
M.Pd
Disusun
Oleh :
RIA RAHAYU (1515151837)
PLS C 2015
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
1. Latar Belakang Negara Somalia
Afrika merupakan unit analisis dalam Studi Pembangunan
dalam pemulihannya. Identifikasi karakteristik empiris dan pola perilaku
negara, ekonomi dan masyarakat menjadi penyebab dasar lainnya untuk
mengidentifikasi kestabilan atribut politik, kemiskinan yang meningkat dan
kurangnya pertumbuhan ekonomi. Somalia merupakan salah satu dari negara di
benua Afrika. Tahun 1969 Somalia menjadi negara Sosalis dengan nama Republik
Demokratik Somalia dibawah pemerintahan diktator Muhammed Ziad Barre. Pemerintahan
di Somalia bukan pemerintah nasional yang permanen, tapi transisi yaitu
pemerintah federal parlemen. Keadaan pemerintahan
yang tidak permanen di Somalia memperlihatkan adanya ketidakstabilan sistem
pemerintahannya. Somalia tidak memiliki pemerintah nasional yang efektif. Di
barat laut, ada pemisahan Republik Somaliland.
Di bagian lain terdapat beberapa warlord, yaitu Puntland
dan Somalia Barat Daya.
Pemerintahan yang diakui dunia internasional adalah "Pemerintahan Transisi
Nasional”. Otoritas secara de facto berada di tangan pemerintahan yang telah diakui
yaitu, Somali Land, Punt Land dan Klan yang saling bermusuhan dan ketiganya
memimpin pemerintahan oposisi, terjadinya gonta-ganti rezim, berkuasanya Ziad
Barre yang otoriter, sampai perebutan pengaruh oleh berbagai klan.
Somalia kaya akan sumber daya alamnya
yang antara lain terdiri dari uranium dan bijih besi, timah, gypsum, bauksit,
tembaga, garam, gas alam, dan cadangan minyak yang sekarang ini Puntland
menjadi salah satu incaran negara maju sebagai ladang minyak. Sumber daya alam
yang ada juga sepertinya kurang membantu kontribusi negara Somalia. Seperti
ladang minyak di Puntland yang kini dikuasai oleh perusahaan minyak seperti
dari Kanada dan Inggris. Pada bulan July populasi di negara Somalia berjumlah
10.085.683 yang terdiri dari 85% orang Somali dan 15% suku Bantu dan non-Somali
dan ada sekitar 30.000 orang Arab. Somalia tidak memiliki jalur kereta api, dan
penduduknya biasa menggunakan kendaraan mobil atau kadang-kadang unta sebagai
alat transportasi utama. Hal inilah yang menjadi penghambat arus ekonomi
Somalia. Begitupun dengan tingkat kesehatan di Somalia termasuk kecil dan ini
menyebabkan penduduknya rentan terkena penyakit sehingga WHO dan UNICEF sering
memberikan bantuan penanganan wabah penyakit di Somalia.
Menurut data Organisasi Buruh Internasional (ILO),
negara Somalia memiliki jumlah pengangguran yang sangat tinggi yaitu mencapai
74% dan mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan. Somalia dapat dikatakan
sebagai negara yang sangat miskin di Afrika bahkan di dunia. Data dari situs Fund
for Peace menyatakan bahwa dari data-data yang didapat Somalia merupakan
negara yang mengalami kegagalan paling tinggi di dunia atau dapat disebut juga
sebagai failed state (2011).
Globalisasi menjadi pemicu banyak
negara maju berlomba untuk menguasai sumber daya alam di sejumlah negara
seperti Somalia dimana SDA minyaknya dikuasai perusahaan asing yaitu Kanada dan
Italia. Sudah sejak lama tindakan kekerasan seperti diskriminasi pernah terjadi
puluhan tahun silam, Apharteid, yaitu diskriminasi ras yang dilakukan oleh
Inggris bangsa kulit putih terhadap Afrika bangsa kulit hitam. Tindakan
kekerasan lainnya juga terjadi di Somalia, khususnya terhadap anak-anak. Kasus
kekerasan seperti sebagai pekerja dengan upah yang murah, human trafficking
dan pelecehan seksual seringkali terjadi di Somalia.
Sekitar 50 tahun Somalia mengalami kekeringan dan
penduduk Somalia mengalami kelaparan. Masalah utama kelaparan di wilayah
tersebut merupakan dampak dari kekeringan, konflik bersenjata dan kemiskinan.
Sekurang-kurangnya ada 30% anak yang menderita kekurangan gizi dan setiap
harinya kira-kira ada empat dari 10.000 anak yang meninggal karena kelaparan.
Dampak dari kekeringan tersebut juga mengakibatkan kurangnya akses air bersih
bagi sejumlah wilayah di Somalia.
2. Masalah Pembelajaran
Penyebab yang menjadi akar permasalahan negara
tersebut adalah sistem ekonomi yang memberikan dampak negatif pada sistem lainnya. Adanya permasalahan sistem
Ekonomi ini didukung pula oleh sistem pemerintahan yang kacau. Keadaan tanah
yang tandus, curah hujan yang sedikit, sumber daya alam yang terbatas dan
cara-cara berproduksi yang masih tradisional menyebabkan perekonomian Somalia
tidak dapat berkembang dengan baik. Hingga kini Somalia tetap tidak dapat
melepaskan diri dari bantuan negara-negara lain terutama Amerika Serikat dan
Italia. SDA yang dimiliki Somalia kurang membantu perekonomian negara karena dikuasai oleh bangsa asing. Negeri ini hanya
terbatas pada pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan. Sektor
pertanian khususnya peternakan merupakan tulang punggung ekonomi somalia.
Dalam hal transportasi, Somalia tidak
memiliki akses jalur kereta api, dan penduduknya biasa menggunakan kendaraan
mobil atau kadang-kadang unta sebagai alat transportasi utama. Hal inilah yang
menjadi penghambat arus ekonomi Somalia.
Akibat
perekonomian yang buruk pendidikan Somalia berada pada tingkat terburuk di
dunia. Hanya 40% dari warganya yang terdaftar di sekolah, selebihnya 60% tidak
terdaftar. Sebagian besar anak-anak Somalia kehilangan hak asasi untuk
mendapatkan pendidikan dikarenakan beban berat pada keluarga dan masyarakat.
Hal ini menimbulkan tingkat pengangguran yang tinggi sekitar 74%, kerusakan
moral dan perilaku serta mudahnya melakukan kekerasan dan kriminal.
Menurut Direktur
pusat pendidikan Somalia, tingkat kemiskinan Somalia hingga 82% dan rata-rata
pendapatan perkapita dua dolar atau kurang per hari, sehingga banyak keluarga
yang tidak mampu membayar sekolah. Begitupun dengan tingkat baca Somalia hanya
mencapai 40%, selain itu terjadinya kebodohan besar-besaran yang diakibatkan
oleh perang saudara antara ketigra
wilayah di Somalia.
Akibat
krisis ekonomi, negara Somalia berada pada tingkat kesehatan yang tergolong
rendah dan inilah yaang menyebabkan penduduknya rentan terkena penyakit. Selain
itu akibat kekeringan yang melanda negara tersebut 30% anak menderita kekurangan gizi dan setiap
harinya kira-kira ada empat dari 10.000 anak yang meninggal karena kelaparan. Pelanggaran
HAM pun terjadi khususnya pada wanita
dan anak-anak. Terjadinya Apharteid atau diskriminasi
ras yang dilakukan oleh Inggris bangsa kulit putih terhadap Afrika bangsa kulit
hitam dan tindakan kekerasan lainnya terhadap anak-anak yang dijadikan budak (buruh). Serta
terjadinya kasus kekerasan pekerja dengan upah yang murah, human
trafficking dan pelecehan seksual pada perempuan Somalia.
3. Sasaran Pembelajaran
Adapun sasaran pada program pembelajaran ini adalah
masyarakat miskin Somalia terutama semua wanita dan anak-anak Somalia dan
seluruh masyarakat yang merupakan penduduk asli Somalia.
4. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan dalam program pembelajaran “EMERGENCY
EDUCATION FOR SOMALIA” diantaranya sebagai
berikut :
a.
Melaksanakan pendidikan darurat bagi anak-anak Somalia
dari mulai tahap pendidikan dasar sampai pendidikan kejuruan sebagai alat
peningkatan pengetahuan;
b.
Mengadakan pendidikan multiliterasi bagi penduduk
Somalia sebagai alat meningkatkan keterampilan dan potensi masyarakat Somalia
dalam mengolah SDA negara dan memperbaiki perekonomian negara; serta
c.
Memperbanyak sarana kesehatan dan penyediaan air
bersih.
5. Manfaat Pembelajaran
Adapun manfaat dari
program pembelajaran “EMERGENCY EDUCATION FOR SOMALIA” adalah sebagai berikut :
a.
Memenuhi kebutuhan kemanusiaan perempuan, anak-anak
dan orang miskin di Somalia;
b.
Memberdayakan penduduk Somalia dari status kebodohan;
serta
c.
Meningkatkan potensi serta keterampilan untuk mengolah
SDA bagi penduduk Somalia.
6. Teori Belajar
Teori belajar yang
digunakan dalam pelaksanaan program pembelajaran “EMERGENCY EDUCATION FOR SOMALIA” yaitu :
a.
Teori Belajar Kognitivisme (Sumber Buku : “Teori
Belajar dan Pembelajaran”
Karya : Prof. Dr. H. Baharuddin.
M.Pd.I. dan Dr. Esa Nur Wahyuni, M.Pd
Halaman : 125-161 )
Teori ini muncul sebagai respon terhadap teori
Behavioristik, yang memandang psikologi dapat diterima sebagai objek ilmiah,
jika perilaku dapat diuji. Pendekatan Kognitif memfokuskan pembahasan mengenai
bagaimana manusia berpikir, memahami,dan mengetahui. Dalam pandangan
kognitivistik, belajar merupakan transformasi informasi atau ilmu pengetahuan
yang ada di lingkungan kemudian disimpan dalam pikiran.
b.
Teori Belajar Humanisme (Sumber Buku : “Teori Belajar
dan Pembelajaran”
Karya : Prof. Dr. H. Baharuddin.
M.Pd.I. dan Dr. Esa Nur Wahyuni, M.Pd
Halaman :195-233)
Salah satu ide penting dalam teori ini adalah bahwa
peserta didik harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya
dalam belajar, apa yang akan dipelajari, sampai tingkatan mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Aliran ini memandang bahwa belajar merupakan
proses dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang
meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga tujuan belajar
yang ingin dicapai adalah bagaimana menjadi individu yang bertanggung jawab,
penuh perhatian terhadap lingkungan, serta mempunyai kedewasaan emosi dan
spiritual.
7. Proses Transformasi Program Pembelajaran
Pada hal ini proses transformasi program pembelajaran
yang digunakan pada program pembelajaran dibagi kedalam 3 bagian pokok yang
diantaranya sebagai berikut :
a.
Metode Pembelajaran
Dalam hal ini, metode yang digunakan dalam pelaksanaan
program “Emergency Education for Somalia”
adalah Metode Proyek, yakni metode yang bertitik tolak dari suatu masalah
kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya
dilakukan secara komprehensif dan bermakna. Pada kasus ini, permasalahan utama berada pada
sistem ekonomi yang buruk yang menyebabkan terjadinya krisis pada aspek lainnya
seperti pendidikan, kesehatan, bahkan HAM penduduk Somalia.
b.
Pendekatan Pembelajaran
Adapun pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program
pembelajaran tersebut adalah Pendekatan Andragogik. Maksud dari pendekatan
Andragogik ini adalah membelajarkan orang dewasa atau pendewasaan peserta didik
sampai menjadi dirinya sendiri atau dikenal mandiri. Pemilihan pendekatan ini
disesuaikan terhadap latar belakang atau sasaran permasalahan, diorientasikan
pada masalah yang dihadapi warga belajar dan berdasarkan minat atau kebutuhan
warga belajar.
c.
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran terhadap peningkatkan pemahaman
kognitif penduduk Somalia terutama
anak-anak dan wanita Somalia, serta peningkatkan potensi baik lifeskill maupun
softskill dilakukan dengan menggunakan
evaluasi tes Sumatif, yang dilaksanakan setelah berakhirnya suatu program
pembelajaran dan telah dilaksanakannya pembelajaran transformatif berupa pengetahuan
atau pengalaman pendidik pada warga belajar yakni masyarakat Somalia. Bentuk
dari evaluasi ini adalah adanya perubahan berupa peningkatan pengetahuan warga
belajar dan perubahan tingkah laku dewasa menuju mandiri.
8. Rencana Pembelajaran
Adapun rencana pembelajaran yang telah dirancang
adalah sebagai berikut :
Hari, Tanggal : Senin s/d
Minggu, 15 – 21 Januari 2017
Waktu : pukul
08.00 WAT (Waktu Afrika Timur) s/d selesai
NB : waktu menyesuaikan kondisi penduduk
Somalia
Materi Pembelajaran : “Pendidikan
Sepanjang Hayat penumbuh Lifeskill dan Softskill”
9. Hasil Pembelajaran
Adapun outcome atau hasil yang diharapkan pada
pelaksanaan program pembelajaran “Emergency Education for Somalia” merujuk pada
tujuan dilaksanakannya program tersebut yang antara lain sebagai berikut :
a.
Warga belajar terutama anak-anak dapat memiliki
pemahaman kognitif dan dapat menjadi generasi pelumpuh krisis ekonomi yang
terjadi pada negara Somalia tersebut;
b.
Warga belajar dapat melaksanakan pendidikan sepanjang
hayat dan menjadikan pendidikan tersebut sebagai alat meningkatkan potensi
serta keterampilan untuk memperbaiki taraf hidupnya;
c.
Terpenuhinya kebutuhan kemanusiaan warga belajar baik
secara ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan terpenuhinya kebutuhan sosial, rasa
aman, serta HAM; serta
d.
Warga belajar menjadi mandiri daan dapat mengolah
hidupnya menjadi lebih baik dan bernilai serta terlepas dari ketergantungan
terhadap pihak lain.
Komentar
Posting Komentar